BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara tentang
ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan tidak mustahil kita akan melihat ke
masa lampau atau masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Yang mungkin
permasalahannya adalah kontinuitas dan perubahan, harmoni dan disharmoni.
Bahasa “ilmu pengetahuan” sudah lazim digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, berbicara tentang pengetahuan saja akan
menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan kita dalam memahami fakta
pengalaman dan dunia realitas, hakihat pengetahuan, kebenaran, kebaikan,
membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan dan sebagainya.
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat
menyonsong masa depan, sudah diberi kepercayaan yang mendalam. Dia dapat
mempermudah kegiatan manusia, meskipun mempunyai dampak sosial yang muncul
sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu.
Kemiskinan sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan
bangsa, sebagai perjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi
fundamental dari cita-cita masyarakat adil dan makmur.[1]
Secara garis besar pembuatan makalah ini akan membahas
tentang :
1.
Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan ?
2.
Apa yang dimaksud dengan teknologi ?
3.
Apa yang dimaksud dengan kemiskinan ?
4.
Apa kaitan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Ilmu
Pengetahuan
a. Pengertian ilmu pengetahuan
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge.
Pendapat
para ahli tentang ilmu pengetahuan:
1.
Ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat
disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988).
2.
Konsepsi
ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya rasionalitas, dapat
digeneralisasi dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974)
3.
Pengertian
ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas
sosial (Schulz, 1962).
4.
Ilmu
tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis, tetapi
juga merupakan suatu metodologi.[2]
Berdasarkan
definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme
tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan.
Secara
lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan
dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan
pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar,
dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
“
Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari
dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya identities
sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu
selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal
tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris,
umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah
sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya
pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat
diinderai dan dapat merangsang budi. Dan oleh Bacon & David Home
pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin.
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan
yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Ø Ontologis dapat
diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain
ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan.
Ø Epistemologis hanyalah
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
ilmu pengetahuan.
Ø Aksiologis adalah asas
menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pembentukan
ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian,
meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan
utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan
yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek
ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu
suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan
untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir
analitis, sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian
kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal
yang merupakan pengingkaran.[3]
b. Unsur pokok dalam suatu ilmu pengetahuan adalah :
1. Pengetahuan,
sebagaimana pengertian di atas.
2. Tersusun
secara sistematis.
Tidak semua
pengetahuan merupakan ilmu, hanyalah pengetahuan yang tersusun secara
sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematik berarti
urutan-urutan strukturnya tersusun sebagai suatu kebulatan. Sehingga akan jelas
tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Sistem tersebut adalah sistem konstruksi yang abstrak dan
teratur. Artinya, setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan
lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran,
sehingga tidak dapat diraba ataupun dipegang. Ilmu pengetahuan harus bersifat
terbuka artinya dapat ditelaah kebenarannya oleh orang lain.
3. Menggunakan
pemikiran yaitu menggunakan akal sehat.
Pengetahuan
didapatkan melalui kenyataan dengan melihat dan mendengar serta melalui
alat-alat komunikasi.
4. Dapat
dikontrol secara kritis oleh orang lain atau masyarakat umum.
Dari berbagai
macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa
ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan
karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk
membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan
:
1. Pengetahuan dianggap benar apabila dalil
(proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu.
2. Pengetahuan
dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.
3. Pengetahuan
dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai
pengeahuan itu.
Untuk
mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang
bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
a. Tidak
ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang
obeyktif.
b. Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c. Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam
budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
d. Merasa
pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan
ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap
ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.[4]
2.
Teknologi
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu
untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai
dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Teknologi bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan
yang mungkin dihadapi.
Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia,
terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki
berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah
akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang
sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar
sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi
yang akan datang.
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku
secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan
teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan
dengan proses produksi: menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah,
modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan
produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis,
tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi sosial
pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu
adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya
alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap
bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya
berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi
teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak
hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan
totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk
memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi
teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh
hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi
merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup
dengan makanan semata.Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi
non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan
syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia,
yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah
sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
b. Fenomena Teknik
Fenomena teknik pada masyarakat masa
kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan
spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan rasional
- Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
- Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
- Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
- Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
- Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
- Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang degnan
pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik
digambarkan sebagai berikut :
- Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
- Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
- Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.[5]
3.
KEMISKINAN
a.
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan,
pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas
minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :
- Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
- Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
- Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki.Dalamhal ini garis
kemiskinan dapat tinggi atau rendah.Terhadap posisi manusia dalam lingkungan
sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana
posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya.Kebutuhan objektif
manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan
apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan
tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang
dialaminya.
Berdasarkan
ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
- Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
- Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
- Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
- Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
- Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.[6]
Kemiskinan menurut orang umum dapat
dikatagorikan kedalam tiga unsur :
1. Kemiskinan
yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam
3.Kemiskinan
buatan.
Yang relevan dalam hal ini adalah
kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan
structural.Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan
manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural.
Selaindisebabkan oleh hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap
“penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai
takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya
struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga.
Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan
sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme,
perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah
revolusi yang sama radikal dan meluasnya.[7]
b.
Fungsi Kemiskinan
Jika
kita menganut teori fungsionalis dan statistika (Davis), maka kemiskinan
memiliki sejumlah fungsi :
- Fungsi ekonomi : penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas.
- Fungsi sosial : menimbulakan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
- Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antara sesama manusia.
- Fungsi politik : sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing bagi kelompok lain.[8]
4.
Kaitan Antara Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan
dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung
ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia
(satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah
dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan
bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu
mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat
dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain
dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan
struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul
dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan
manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan
diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara
manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Semuanya
merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di
dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata orang yang
hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat membaca maupun menulis. sedangkan
salah satu cara memberantas kemiskinan adalah dengan ilmu pengetahuan. Dengan
dapat membaca dan menulis, seorang pemulung sampah bisa berkesempatan
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan menghasilkan banyak uang. Dengan
ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang pengamen untuk berpikir kreatif dan
memulai membuka suatu usaha dengan memanfaatkan teknologi yang ada.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia, melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia, melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Ilmu pengetahuan,
teknologi serta kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas, sebab bagi
siapa saja yang dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang mengikuti era
globalisasi yang sudah modern ini. Dan bagi siapa saja yang tidak menguasai
IPTEK maka ia akan tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan teknologi di
zaman ini.
Bila di zaman yang modern ini masih ada masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien lagi di
zaman ini.[10]
Bila di zaman yang modern ini masih ada masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien lagi di
zaman ini.[10]
Empat hal yang perlu diperhatikan:
1)
Ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan
pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap
orang yang ingin mengetahuinya.
2)
Teknologi adalah
pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua
alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
3)
Kemiskinan yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
4)
Ada kaitan yang erat
antara iptek dan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat terutama pada negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Gaylord, N
Charles (2001) Ilmu Pengetahuan Populer Teknologi Grolier Internasional,
Inc, PT Wijaya.
http://dirtyfarms.blogspot.co.id/2012/11/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html (
diakses pada kamis,22 Oktober 2015, 20.00)
http://galihjalusaputra.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html (
diakses pada kamis, 22 Oktober 2015, 20.00)
http://rizkafajriah.blogspot.co.id/2011/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada kamis, 22 Oktober 2015, 20.00)
http://rasyidocit.blogspot.co.id/2015/01/makalah-isd-bertema-teknologi-dan.html (diakses
pada sabtu 24 Oktober 2015, 07.00)
[1]http://galihjalusaputra.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada 19 oktober 2015, 21:53)
[2] http://rizkafajriah.blogspot.co.id/2011/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada Kamis, 22 Oktober 2015, 20.00)
[3] http://galihjalusaputra.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada Kamis, 22 Oktober 2015, 20.00)
[4]
http://rizkafajriah.blogspot.co.id/2011/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.htmll
(diakses pada 19 0ktober 2015, 22:15)
[5]http://galihjalusaputra.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada 19 0ktober 2015, 22:43)
[6] http://dirtyfarms.blogspot.co.id/2012/11/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html ( diakses pada
kamis,22 Oktober 2015, 20.00)
[7] http://rizkafajriah.blogspot.co.id/2011/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada kamis, 22 Oktober 2015, 20.00)
[8] http://galihjalusaputra.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
(diakses pada rabu, 21 Oktober 2015. 10.40)
[9] http://rasyidocit.blogspot.co.id/2015/01/makalah-isd-bertema-teknologi-dan.html
(diakses pada sabtu 24 Oktober 2015, 07.00)
[10] http://galihjalusaputra.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html ( diakses pada
kamis, 22 Oktober 2015, 20.00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar