Minggu, 21 Agustus 2016

pengertian dan objek psikologi dakwah



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
            Telah kita ketahui bersama bahwa sebenarnya tidak ada suatu ilmu pengetahuan pun yang bersifat umum dalam arti tanpa berhubungan atau tanpa mendapatkan bantuan dari ilmu pengetahuan lainnya. Sebenarnya, ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan itu saling melengkapi, saling mengisi kekurangan-kekurangan yang ada di dalamnya dan saling terkait satu dengan yang lainnya.[1]
            Demikian pula halnya dengan Psikologi Dakwah. Psikologi Dakwah sebagai gabungan dari Psikologi dan Dakwah yang masing-masing mempunyai objek pembahasan sendiri-sendiri yang berbeda, maka Psikologi Dakwah juga mempunyai objek pembahasan sendiri, baik material maupun formalnya. Secara otonom psikologi dakwah mempunyai teori serta prinsip-prinsip dan sudut pandangan secara khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu yang lainnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian dan Objek psikologi dakwah ?
2.      Apasajakah ruang lingkup dan pembahasan dalam psikologi dakwah ?
3.      Metode – metode apa sajakah yang digunakan dalam psikologi dakwah ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.       PENGERTIAN DAN OBJEK PSIKOLOGI DAKWAH
          Objek artinya sasaran, hal, perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek merupakan syarat mutlak di dalam suatu ilmu pengetahuan, justru karena objek inilah yang akan menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam pengupasan masalahnya atau objeklah yang akan membatasi persoalannya. Tanpa objek tertentu yang akan menjadi pokok pembicaraan, dapatlah dipastikan bahwa tidak ada pembahasan yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuannya. Seperti apa yang telah disinggung di atas bahwa Psikologi Dakwah merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu yang berbeda. Maka untuk memberi pengertian tentang objek psikologi dakwah ini, kita coba terlebih dahulu untuk meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam data dari kedua lapangan ilmu pengetahuan tersebut kemudian atas dasar itu maka kita dapat menemukan objek pembahasan tersendiri. Gambaran objek psikologi Dakwah :
ID = Ilmu Dakwah
P = Psikologi
PD = Psikologi Dakwah
X = Titik temu keduanya.

          Dari gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa Psikologi Dakwah meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam lapangan yang ada pada kedua bidang ilmu itu, kemudian atas dasar itu maka Psikologi Dakwah menemukan prinsipnya sendiri. Walau demikian tidaklah dapat dikatakan bahwa Psikologi Dakwah semata-mata merupakan percobaan untuk membawa bersama dua pendekatan yang berbeda itu terhadap studi ten-tang manusia. Sebaliknya Psikologi Dakwah mempunyai pokok pembahasan yang khusus, pandangan yang khas dan menentukan sendiri rumusan-rumusannya. Dengan demikian Psikologi Dakwah merupakan interdisipliner yang mempunyai objek pembahasan tersendiri.

Objek Material Psikologi adalah Manusia sebagai makhluk yang berjiwa. Objek Material Dakwah ialah Manusia sebagai makhluk yang ber-Ketuhanan. Jadi, Objek Material Psikologi Dakwah yaitu Manusia sebagai objek psikologi dan sebagai sasaran dakwah.
Objek Formal Psikologi adalah Tingkah laku manusia sebagai pernyataan gejala-gejala jiwanya. Objek Formal Dakwah ialah Manusia (individu, keluarga, kelompok, kaum, masyarakat) untuk diarahkan ke jalan Tuhannya. Jadi, Objek Formal Psikologi Dakwah yaitu Manusia dengan segala tingkah laku¬nya yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.[2]
B.       RUANG LINGKUP DALAM PSIKOLOGI DAKWAH
          Pengertian Psikologi Dakwah Psikologi dakwah merupakan cabang pengetahuan baru yang merupakan gabungan antara kajian psikologi dengan ilmu dakwah. Psikologi dakwah juga pada hakikatnya merupakan bagian dari psikologi islam, karena dalam psikologi dakwah, landasan yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam psikologi islam, yaitu alqur’an dan Hadis. Oleh karena itu, untuk mempermudah pemahaman tentang psikologi dakwah maka perlu diketahui pengertian psikologi dan dakwah secara sendiri-sendiri. Secara sederhana psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Sedangkan definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara objektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku. Menurut Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
          Psikologi dakwah ialah ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Psikologi dakwah juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan hidup kejiwaannya untuk diajak kepada pengalaman ajaran-ajaran islam demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Dalam referensi lain dijelaskan bahwa psikologi dakwah ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa yang tersembunyi dibalik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu.[3]
          Psikologi Dakwah merupakan kesatuan analisis terhadap tingkah laku manusia melalui pendekatan psikologis dan dawatologis yang interdisipliner. Sebagai pembahasan yang mem-pedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang lingkup pembicaraan Psikologi Teoretis Khusus, dan juga dalam Psikologi Praktis Aplikatif. Sebagai pembahasan yang memijaki ilmu dakwah, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam skop (scope) pembicaraan Metode Dakwah. Untuk menggambarkan ruang lingkup pembahasan psikologi dakwah secara khusus maka dapatlah dijelaskan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pengertian dan objek Psikologi Dakwah
2. Pembahasan tentang Psikologi
3. Beberapa Aspek Dakwah
4. Manusia dan Tingkah Lakunya
5. Tujuan Psikologi Dakwah
6. Esensi Psikologi Dakwah
7. Metode Dakwah yang Efektif[4]

          Memperhatikan ruang lingkup pembahasan tersebut di atas, maka psikologi dakwah mempunyai tugas untuk memberikan kepada kita suatu pengertian tentang pentingnya memahami tingkah laku manusia, bagaimana meramalkannya serta mengontrolnya. Pusat perhatian psikologi terhadap proses dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1.      Analisa terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah.
2.      Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang menjadi respon mad’u.
3.      Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah oleh mad’u, factor-faktor apa (personal dan situasional) yang mempengaruhinya.
4.      Bagaimana dakwah dapat dilakukan secara persuasive, yaitu proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku mad’u dengan pendekatan psikologis atau dengan menggunakan cara berfikir dan cara merasa mad’u.[5]
C.  METODE PENELITIAN
            Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur penelitian atau teknik penelitian. Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit dibedakan.
Metode penelitian membicarakan megenai tata cara pelaksanaan penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur penelitian dan teknik penelitian.



a.      Contoh metode penelitian :
Apabila dalam sebuah penelitian, yang dibicarakan adalah pelaksanaan percobaan di lapangan, di mana dalam penentuan plot, pertama-tama dilakukan pembagian daerah menjadi beberapa blok, kemudian setiap blok dibagi lagi dan seterusnya, maka yang dibicarakan adalah prosedur penelitian. Jika, yang dibicarakan adalah penggunaan interview atau wawancara sebagai alat pengumpulan data, maka yang dibicarakan adalah teknik penelitian. Jika yang dibicarakan adalah bagaimana penelitian dilakukan, yaitu dengan prosedur dan alat bagaimana suatu penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan adalah metode penelitian.
Jadi, dalam metode penelitian ini tercakup prosedur penelitian dan teknik penelitian.

b.       Jenis Jenis Metode Penelitian

Jenis jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya sendiri sebagai berikut.
1. Metode Historis
            Metode historis merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan, seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu. Dengan metode historis, seorang ilmuwan sosial peneliti historis yaitu orang yang mengajukan pertanyaan terbuka mengenai peristiwa masa lalu dan menjawabnya dengan fakta terpilih yang disusun dalam bentuk paradigma penjelasan.
            Dengan demikian, penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta interprestasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
2. Metode Deskriptif
            Metode deskriptif merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
            Dengan demikian metode penelitian deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), akan tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi. Metode penelitian deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.
3. Metode Korelasional
            Metode korelasional merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode korelasional merupakan kelanjutan metode deskriptif. Pada metode deskriptif, data dihimpun, disusun secara sistematis, faktual dan cermat, namun tidak dijelaskan hubungan diantara variabel, tidak melakukan uji hipotesis atau prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel dteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi, metode korelasional mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti.
            Tujuan metode korelasi yaitu untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu vektor yang berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Jika pada metode ini, hanya dua variabel yang dihubungkan, maka disebut korelasi sederhana dan jika lebih dari dua variabel dihubungkan disebut korelasi berganda. Pada metode ini, pencarian hubungan (korelasi) antara dua variabel menggunakan koefisiesn korelasi atau koefisien determinasi.
4. Metode Eksperimental
            Metode eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode eksperimental merupakan metode penelitian yang memungkinkan peneliti memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa, sehingga variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan.
            Metode eksperimental bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel, pada satu atau lebih kelompok eksperimental dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi adalah mengubah secara sistematis sifat-sifat atau nilai-nilai variabel bebas. Kontrol merupakan kunci metode eksperimental, sebab tanpa kontrol manipulasi dan observasi akan menghasilkan data yang meragukan.
5. Metode Kuasi Eksperimental
            Metode kuasi eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode kuasai eksperimental hampir menyerupai metode ekperimental, hanya pada metode ini, peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya.
Metode kuasi eksperimental mempunyai dua ciri, yaitu sebagai berikut :
(1) peneliti tidak mampu meletakkan subjek secara random pada kelompok eksperimental atau kelompok kontrol. Yang dapat dilakukan peneliti adalah mencari kelompok subjek yang diterpa variabel bebas dan kelompok lain yang tidak mengalami variabel bebas.
(2) Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang dikendakinya.[6]











BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Objek psikologi dakwah adalah manusia dengan segala tingkah lakunya yang terlibat dalam proses dakwah..
2.      Ruang lingkup psikologi dakwah adalah:
a.       Pengertian dan objek Psikologi Dakwah
b.      Pembahasan tentang Psikologi
c.       Beberapa Aspek Dakwah
d.      Manusia dan Tingkah Lakunya
e.       Tujuan Psikologi Dakwah
f.       Esensi Psikologi Dakwah
g.      Metode Dakwah yang Efektif
3.      Metode-metode penelitian : metode historis, metode deskriptis, metode korelasional, metode eksperimental, metode kuasi eksperimenal.

B.     Daftar Pustaka
-          http://www.pengertianpakar.com/2015/06/pengertian-metode-penelitian-jenis-dan-contohnya.html diakses pada Kamis, 18 Agustus 2016 M (05.30 WIB)
-          http://nurisfm.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-dan-objek-psikologi-dakwah.html diakses pada Kamis, 18 Agustus 2016 M (05.30 WIB)



[1] http://nurisfm.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-dan-objek-psikologi-dakwah.html diakses pada tanggal Kamis, 18 Agustus 2016 M(05.30 WIB)