PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
pemahaman umum, Bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi.
Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan
digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti
penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana. Dalam berbahasa Indonesia,
tingkat kesadaran dan kepatuhan akan kaidah-kaidah kebahasaan secara jelas
tergambarkan melalui perilaku berbahasa kita, baik ketika kita menggunakan
bahasa Indonesia dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Tata bahasa
baku bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan rambu-rambu yang harus
disadari dan sekaligus dipatuhi oleh para pemakai bahasa Indonesia agar
perilaku berbahasa mereka tetap memperlihatkan ciri kerapian dan kecermatan.
Kerapian dan kecermatan berbahasa ini hanya mungkin apabila bahasa Indonesia
itu sendiri sebagai alat komunikasi memang telah siap untuk digunakan secara
rapi dan cermat. Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia
agar bahasa persatuan dan bahasa negara milik bangsa Indonesia itu tetap
mantap dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien.
Pertama, kaidah-kaidah kebahasaannya harus mantap. Kedua, perbendaharaan
kata dan peristilahannya harus kaya dan lengkap. Apabila kedua macam
persyaratan itu terpenuhi, bahasa Indonesia telah siap untuk digunakan
secara rapi dan cermat untuk berbagai keperluan komunikasi, termasuk dalam
konteks upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. [1]
B.
Rumusan Makalah
1.
Apakah
kaidah bahasa Indonesia itu ?
2.
Apakah
pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia itu ?
3.
Bagaimana
cara penulisan dan pemakaian huruf yang benar ?
4.
Bagaimana
cara penulisan kata yang benar ?
5.
Apa
sajakah pungtuasi itu ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kaidah Bahasa Indonesia
Kaidah bahasa
merupakan aturan pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara dalam
perkembangannya. Dalam berbahasa, kita harus mengikuti kaidah sehingga bahasa
kita menjadi terpelihara dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah
bahasa merupakan suatu himpunan beberapa patokan umum berdasarkan struktur
bahasa.[2]
Ada
beberapa hal yang perlu kita cermati. Pertama, tampaknya pengertian bahasa yang
baik dan benar itu belum dipahami oleh sebagian orang. Kedua, ada anggapan
bahwa di mana dan kapan saja berada, kita harus berbicara dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Komoditi
sebagai penulisannya yang benar, yang standar atau baku. Sebaliknya penulisan
komoditas kita lupakan, kita tinggalkan karena salah, tidak bertaat asas pada
kaidah EYD yang wajib kita junjung tinggi dalam penegakan hukum dalam segala
bidang kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam
acara yang serius, seperti tayangan berita, diperlukan bahasa Indonesia yang
tertib. “Kemudian dalam acara yang tergolong populer, menyangkut semua aspek
kemasyarakatan, kebudayaan dan kesenian seyogyanya tidak perlu ada pagar-pagar
bahasa yang membuat bahasa menjadi kering, tidak mengalir, tidak intuitif,
tidak hidup, sejauh tentu saja itu tidak merupakan bahasa yang kasar, tidak santun,
dan tidak senonoh menurut kaidah moralitas statistik,” katanya.
Kepatuhan
setiap warga negara pada ketetapan yang digariskan oleh Pusat Bahasa seperti
antara lain pembakuan kosa kata, dapat dipandang sebagai partisipasi aktif yang
positif dalam membina terwujudnya bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mayoritas
penutur bahasa Indonesia sudah kerap mendengar atau mengenal EYD sebagai
akronim dari Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, tetapi belum memahami
sepenuhnya.[3]
Huruf
dan tanda baca dipakai bersama-sama untuk menggambarkan suatu bahasa. Huruf
digunakan untuk melambangkan fonem. Huruf merupakan unsur tulisan (bahsa
tulis), sedangkan fonem merupakan unsur wicara (bahasa lisan). Fonem ialah
suatu bunyi bahasa yang terkecil yang membedakan arti. Contohnya dapat kita
dengar perbedaan bunyi /a/ pada kata /abu/ dan /i/ pada kata /ibu/. Bunyi /a/
dan /i/ ini disebut fonem vokal. Contoh lain dapat kita dengar perbedaan bunyi
pada kata /sari/ dan /mari/. Bunyi /s/ dan /m/ adalah fonem konsonan. Bunyi-bunyi
bahasa yang demikian hanya memerlukan huruf untuk membedakannya dengan kata
lainnya.
Fonem
dibedakan atas dua bagian, yaitu fonem vokal dan fonem konsonan. Vokal ialah
bunyi ucapan yang terdengar murni karena udara yang keluar dari paru-paru melalui
rongga tenggorokan dan rongga mulut tidak dihalangi. Sedangkan konsonan ialah
bunyi ucapan yang dihasilkan dengan cara menghalang-halangi udara yang keluar,
baik dengan menutup sebentar atau menyempitkan jalan keluar.[4]
B. Pembinaan ejaan bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan dan
ditetapkan sebagai bahasa resmi pada tahun 1945. Usaha pengaturan atau
pembinaan bahasa Indonesia dapat dilihat antara lain pada aspek ejaan. Dengan
usia yang masih begitu muda, bahasa Indonesia sudah tiga kali menetapkan tiga
sistem ejaan. Sistem ejaan yang dimaksud ialah:
1. Ejaan van
Ophuysen, berlaku sejak bahasa Indonesia lahir sampai tahun 1947. Ejaan ini
merupakan warisan dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
2. Ejaan Soewandi,
mulai berlaku dari tahun 1947 sampai tahun 1972.
3. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang
yang disingkat dengan EYD. EYD secara resmi berlaku mulai tanggal 17 Agustus
1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57/1972 tentang
Peresmian Berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Perbedaan ketiga sistem ejaan tersebut adalah
sebagai berikut:
van Ophuysen
1901
|
Soewandi
1947
|
EYD
1972
|
J
Dj
Nj
Sj
Tj
Ch
Z
F
-
oe
|
J
Dj
Nj
-
Tj
-
-
-
-
U
|
Y
J
Ny
Sy
C
Kh
Z
F
V
U
|
Motif lahirnya Ejaan yang Disempurnakan ialah
sebagai berikut:
1. Menyesuaikan
ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa.
2. Membina
ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.
3. Mulai usaha
pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
4. Mendorong
pengembangan bahasa Indonesia.
Selain
ejaan resmi yang pernah berlaku di Indonesia tersebut, dikenal pula tiga jenis
ejaan yang hanya sampai pada taraf konsep. Maka terdapat enam jenis ejaan
termasuk yang tidak pernah diresmikan, urutannya sebagai berikut:
1.
Ejaan van Ophuysen (1901-1947)
2.
Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947-1972)
3.
Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan
Prijono Katoppo (1956)
4.
Ejaan Malindo (1966)
5.
Ejaan Baru Bahasa Indonesia (1966)
6.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(1972-sekarang)
C.
Penulisan dan
Pemakaian Huruf
1.
Macam-macam Huruf
a.
Huruf Abjad
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas hururf-huruf berikut ini:
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
||
Kapital
|
Kecil
|
Kapital
|
Kecil
|
||
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
|
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
|
A
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
|
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
|
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
|
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e,
i, o, dan u.
c.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g,
h, j, k, l, m,
n, p, o, r, s,
t, v, w, r, y, dan z.
d.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng,
ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
2.
Huruf Kapital
a. Huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia mengantuk.
b. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata
ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa,
dll.
d. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra
Yamin, Imam Syafii, Nabi Ibrahim,
dll.
e. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat
menjadi sultan.
f. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi,
atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Budiono.
g. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya. Misalnya:
Sidang itu dipimpin Presiden.
h. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat. Misalnya: Divisi itu dipimpin oleh seorang mayor jendral.
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir
Hamzah
j.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: 5 ampere.
k. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis atau satuan ukuran. Misalnya J/K atau JK-1 = Joule
per Kelvin
l.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia.
m. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing.
n. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan
peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah
o. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Dunia I
p. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipkai sebagai
nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsanya.
q. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara
r.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Bukit Barisan
s. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama geografi jika kata yang
mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: pempek Palembang.
t.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar
ke teluk.
u. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis. Misalnya: pisang ambon.
v. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia.
w. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi
sebuah republic
x. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dokumen resmi, dan
judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa.
y. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk yang tidak terletak pada posisi
awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa
dan Sastra.
z. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr.
doctor.
aa. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Misalnya: “Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
bb. Huruf capital
tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
cc. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu?
dd. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya
yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang
berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. Contoh pada IB, IC, IE, dan I F15.[5]
3.
Huruf Miring
Kekeliruan penulisan huruf miring umumnya
terjadi hanya pada penggunaan variasi tulisan dalam pengetikan menggunakan
komputer. Penggunaan huruf miring sebagian besar dipakai dalam tulisan-tulisan
berupa laporan ilmiah. Dalam penulisan laporan biasanya digunakan
penekanan-penekanan tertentu terhadap suatu huruf, kata, kalimat, atau paragraf
sehingga dibutuhkan teknik khusus untuk menunjukkan penekanan tersebut. Salah
satu cara untuk menunjukkan penekanan ini, penulisan dilakukan dengan menggunakan
huruf miring.
Dalam penulisan buku maupun laporan
ilmiah, penulis seringkali melibatkan berbagai sumber tertulis/tercetak seperti
buku, koran, majalah, novel, cerpen, laman, dan sebagainya. Penulisan terhadap
identitas sumber tersebut tentulah membutuhkan teknik tertentu pula. Dalam hal
ini, penulis dapat menggunakan penulisan huruf miring. Berikut kaidah penulisan
dan penggunaan huruf miring.
a.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
b.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a.
c.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
d.
Ungkapan asing yang
telah diserap ke dalam bahas Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata
Indonesia.
Misalnya: Korps diplomatik memperoleh
perlakuan khusus.
Catatan: Dalam tulisan
tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
4.
Huruf Tebal
a.
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar
lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya: Judul : KAIDAH BAHASA INDONESIA Bab: BAB I PENDAHULUAN Baguan Bab: A. Latar Belakang
b.
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata;
untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Seharusnya
ditulis dengan huruf miring. Akhiran –i tidak
dipenggal pada ujung baris.
c.
Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk
menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang
menyatakan polisemi. Misalnya: Kalah v 1 tidak
menang …; 2 kehilangan atau merugi
…; 3 tidak lulus …; 4 tidak menyamai mengalah v mengaku kalah
Catatan: Dalam tulisan
tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf
tebal telah diberi garis bawah ganda.
D.
Penulisan Kata
Dalam
penulisan Ilmiah ataupun dalam penerjemahan teks formal, pengeahuan akan ejaan
yang di sempurnakan dan penulisan yang benar sesuai dengan EYD sangat di
perlukan. Dalam penulisan kata dasar, kaa depan (di, ke dan dari), kata
ganti (ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya) dan partikel, acapkali kita
dibingungkan dengan nama yang harus ditulis
serangkai dengan kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya dan nama
yang harus ditulis terpisah. Dibawah ini adalah pedoman penulisan yang sesuai
dengan Pedoman Umum EYD RI Nomr 46 Tahun 2009.
1.
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
a.
Ibu percaya
bahwa engkau tahu.
b.
Buku
itu sangat tebal
2.
Kata Turunan
a.
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, dll.
b.
Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti/mendahuluinya. Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
c.
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.
d.
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai. Misalnya: ekstrakurikuler, telepon,
transmigrasi, pramuniaga, instropeksi, antarkota, mahasiswa, pascasarjana,
semiprofesional, dll.
Catatan:
Catatan:
1.
Jika
bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
2.
Jika
kata maha sebagai unsur gabungan kata diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan
kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan
Yang Maha Pengasih.
3.
Bentuk
Ulang
Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya:
lauk-pauk, sayur-mayur, tunggang-langgang, anak-anak, centang-perenang, dll.
4.
Gabungan
Kata
a.
Gabungan
kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran,
rumah sakit, simpang empat, dll.
b.
Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan. Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar,
dll.
c.
Gabungan
kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, beasiswa,
dukacita, kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, dll.
5.
Kata
Ganti ku, kau, mu, dan nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersusun rapi.
6.
Kata
Depan di, ke, dan dari
Apabila menunjuk kata tempat, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya: di dalam, di mana, ke mana, ke depan,
dari sana, dari kota, dll.
Catatan:
Untuk kata-kata daripada, kepada, serta imbuhan di- yang merujuk kalimat pasif, ditulis serangkai. Misalnya:
Catatan:
Untuk kata-kata daripada, kepada, serta imbuhan di- yang merujuk kalimat pasif, ditulis serangkai. Misalnya:
Dia lebih tua daripada adiknya.
Kami percaya kepadanya.
Bawa kemari buku itu.
Dari tadi dia keluar kelas.
Kau dipanggil Ibu.
Pestanya dimeriahkan artis ternama.
7. Partikel
a.
Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Siapakah pacarmu itu?
Apatah gunanya bersedih hati?
b.
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun makannya, minumnya teh kotak.
Jangankan rumah, gubuk pun aku tak punya.
Kakaknya pintar, adiknya pun pintar.
Catatan: Kelompok kata yang ditulis serangkai apabila menunjukkan hubungan pertentangan. Misalnya: walaupun, meskipun, sekalipun, kendatipun, sungguhpun, kalaupun.
c.
Partikel
per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului/mengikutinya. Misalnya:
Per 1 Mei tahun depan, buruh diliburkan. (mulai)
Mereka keluar kelas satu per satu. (demi)
Aku mendapat uang jajan per bulan. (tiap)[6]
E.
Pemakaian Tanda
Baca
Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca makna kata atau frasa atau kalimat menjadi kabur bahkan kacau. Tanda baca yang lazim digunakan dewasa ini
didasarkan atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal,
frasa, dan inter-relasi antar bagian kalimat.
Tanda-tanda baca yang umumnya dipakai dalam bahasa Indonesia adalah:
1.
Tanda Titik
a.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat. Misalnya: Kita liburan ke Bali.
b.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, iktisar, atau daftar. Misalnya: a.1.1 Pembangunan
c.
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20
d.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.3.5.20 jam
e.
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka. Misalnya: Mullik, M. L. 2011. Bahasa
Indonesia Dalam Karya Tulis Ilmiah. Undana
Press
f.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya. Misalnya:mJumlah buruh yang berdemontrasi adalah 30.800 orang.
g.
Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya. Misalnya: Fluktuasi pertambahan berat badan ternak sapi dapat di lihat pada Tabel 3
dalam Bab II, dan Grafik 10 dalam Bab
V buku ini.
h.
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal
surat atau (2) nama alamat penerima surat.
Misalnya: Yth. Sdr. Nimrot Kase (tanpa titik)
Jalan Soeharto 72 (tanpa titik)
Kupang (tanpa titik)
1
Maret 2011 (tanpa titik)
2.
Tanda Koma (,)
a.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya: Urutan dari angka bulat
terkecil adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan
seterusnya.
b.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan. Misalnya: Ia tidak berangkat ke Surabaya, melainkan
ke Jakarta.
c.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahuli induk kalimat. Misalnya: Kalau lapar, saya
Saya akan makan.
d.
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimat. Misalnya: Saya akan makan kalau saya lapar.
e.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun, begitu, dan tetapi. Misalnya: … … . Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak datang.
f.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat dalam
kalimat. Misalnya: O, saya kira Anda bukan orang rote.
g.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Misalnya: Katanya, “Saya lapar sekali’
h.
Tanda koma dipakai di antara (a)
nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama
tempat dan wilayah atau negara yang ditulis berurutan. Misalnya: Nama dan alamat tempat kerja saya adalah Fakultas Peternakan, Universitas
Nusa Cendana, Jalan Adisucipto 10, Penfui, Kupang, NTT 85001, Indonesia.
i.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. Misalnya: Mullik, Marthen. 2011. Bahasa Indonesia Dalan Karya Tulis Ilmiah. Undana
Press.
j.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: A.K. Malik, Kalimat Efektif (Kupang, Undana Press,
2011), hlm 19.
k.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. Misalnya: M. L. Mullik, Ph.D.
l.
Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya; 6,9 km
m.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya: Semua mahasiswa, baik
jurusan produksi maupun nutrisi, wajib hadir.
n.
Tanda koma dipakai -untuk menghindari salah baca- di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Atas kesediaannya, diucapi terima kasih.
o.
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Dari mana Anda memperoleh buku itu?”
tanya kakak sambil melotot.
3.
Tanda Titik Koma (;)
a.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya; Rasa kantuk semakin berat; pekerjaan pun belum rampung juga.
b.
Tanda titik koma dapat dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan yang memisahkan yang setara
di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah membaca Koran di verandah, Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal
nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik menonton acara “Kick Andy”.
4.
Tanda Titik Dua (:)
a.
Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau perintah. Misalnya: Para pegawai kantor ini membutuhkan peralatan kantor: meja, kursi, dan komputer, dan printer.
b.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian
atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Para pegawai kantor ini membutuhkan
meja, kursi, komputer, dan printer.
c.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan perintah. Misalnya: Ketua : Kase Metan
d.
Tanda titik dua dipakai (a) di antara jilid atau nomor dan halam, (b)
di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (c) di antara dua judul dan anak judul
suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 13:20-28
5.
Tanda Hubung (-)
a.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
b.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
c.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka
2 pada kata ulang tidak bisa
pakai dalam teks karangan resmi. Misalnya: bapak-bapak (tidak ditulis bapak
2)
d.
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: k-e-l-u-r-a-h-a-n
e.
Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (b) penghilangan
bagian-bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi
f.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an, (d) singkatan berhuruf besar dengan
imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap. Misalnya: tahun 2000-an
g.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya: di-upgrade
6.
Tanda Pisah (-)
a.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat. Misalnya: Dengan bekerja bersama -berdasarkan
pengalaman saya.
b.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
Misalnya: Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam
pengembangan bidang penerbangan.
c.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan
arti ‘sampai’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya: 1998-2011
7.
Tanda Elipsis (…)
a.
Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu …, ya, tidak perlu
dirisaukan lagi.
b.
Tanda elpisis menunjukkan bahwa
dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.
8.
Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya, dan untuk menandai bagian kalimat atau pernyataan
yang disangsikan kebenarannya. Misalnya: Apakah Anda dalam keadaan sehat?
9.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah malangnya nasib pemuda itu!
10.
Tanda Kurung ((…))
a.
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama
anggota, ijasah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara)
seperti yang disyaratkan.
b.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan. Misalnya: Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian
dalam Kompetisi Selancar Rote Ndao di
Nemberala (pantai yang memiliki gulungan ombak terbaik nomor 2 di dunia)
c.
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya: Bajak laut itu berasal
dari (pulau) Alor
d.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran
11.
Tanda Kurung Siku ([…])
a.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli. Misalnya:
Melindungi satwa li[a]r tidaklah
mudah.
b.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung (…). Misalnya: Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum plumosum] khususnya terdapat di
Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki nilai gizi tinggi.
12.
Tanda petik (“…”)
a.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lainnya. Misalnya: “Saya mandi dulu, ya” kata Andri.
b.
Tanda petik mengapit judul syair,
karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra
c.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah
yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”.
13.
Tanda petik tunggal (‘…’)
a.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”
b.
Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing. Misalnya: Sustainable ‘berkelanjutan’
14.
Tanda garis miring ( / )
a.
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim. Misalnya: No. 124/Fpt/III/2011
b.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: Bapak/Ibu/Saudara
15.
Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya: Engkau ’kan
berhasil asalkan tidak menyerah
(‘kan = akan)[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kaidah bahasa merupakan aturan pemakaian bahasa
agar bahasa itu tetap terpelihara dalam perkembangannya
2.
Ejaan yang pernah di pelajari di Indonesia: Ejaan
van Ophuysen (1901-1947), Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947-1972), Ejaan
Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono Katoppo (1956), Ejaan Malindo
(1966), Ejaan Baru Bahasa Indonesia (1966), Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (1972-sekarang)
3.
Penulisan dan
pemakaian huruf : Huruf abjad, vokal, konsonan, diftog, huruf
kapital, huruf miring, huruf tebal,
4.
Penulisan Kata : Kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, partikel.
5.
Pungtansi (tanda baca) yang umum digunakan di Indonesia
: tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda
hubung (-), tanda pisah (_), tanda Elipsis (…), tanda Tanya (?), tanda seru (!),
tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda petik (“…”) tanda petik tunggal
(‘…”), tanda garis miring (/), tanda penyingklat atau apostrof (‘).
B.
Daftar Pustaka
-
Aprilia, Ratu. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Jakarta. Difa Publisher.
-
Destyan. 2011. Pedoman EYD Terbaru. Yogyakarta.
Planet Ilmu
-
http://www.academia.edu/9360640/BAB_I_makalah_kaidah_dasar_bhs_indonesia,
selasa 2 februari 2016 (09.30)
-
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/KAIDAH-KAIDAH_TATA_TULIS.pdf,
Rabu, 3 Februari 2016 (01.00)
-
https://wendisaja.wordpress.com/2014/02/18/kaidah-dasar-bahasa-indonesia/
Rabu, 3 Februari 2016 (01.00)
-
http://deyhardiyanti.blogspot.co.id/2014/03/makalah-kaidah-bahasa-indonesia.html
Rabu, 3 Februari 2016 (01.00)
-
http://www.mondayflashfiction.com/2013/05/penulisan-kata-kata-dasar-kata-turunan.html
diakses pada rabu, 03 Februari 2016 (01.00)
[1] http://www.academia.edu/9360640/BAB_I_makalah_kaidah_dasar_bhs_indonesia, selasa 2
februari 2016 (09.30)
[3] https://wendisaja.wordpress.com/2014/02/18/kaidah-dasar-bahasa-indonesia/
Rabu, 3 Februari 2016 (01.00)
[4] http://deyhardiyanti.blogspot.co.id/2014/03/makalah-kaidah-bahasa-indonesia.html
Rabu, 3 Februari 2016 (01.00)
[5] http://deyhardiyanti.blogspot.co.id/2014/03/makalah-kaidah-bahasa-indonesia.html
diakses pada Rabu, 3 Februari 2016 (01.00)
[6] http://www.mondayflashfiction.com/2013/05/penulisan-kata-kata-dasar-kata-turunan.html
diakses pada rabu, 03 Februari 2016 (01.00)
[7] http://www.mondayflashfiction.com/2013/05/penulisan-kata-kata-dasar-kata-turunan.html
diakses pada 03 Februari 2016 (01.00)